Penyakit Hepatitis Dan Pengobatannya

Penyakit Hepatitis Dan Pengobatannya

Tahukah Anda Setiap tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil. dengan angka hepatitis B (HBsAg) reaktif pada ibu hamil rata rata 2,7%, maka setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang 95% berpotensi mengalami penyakit hepatitis kronis (sirosis atau kanker hati) pada 30 tahun ke depan.

Sementara itu satu kasus sirosis membutuhkan biaya 1 miliar dan pengobatan kanker hati sekitar 5 miliar dengan angka kesembuhan yang minim. Kasubdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes RI dr. Sedya Dwisangka mengatakan berdasarkan Riskesdas 2017, sebanyak 7,1 % penduduk Indonesia mengidap hepatitis B.
Melihat angka kejadian diatas kita akan membahas tentang apa itu Hepatitis ? Bagaimana cara penularannya? Gejala hepatitis ? Bisa disembuhkan atau tidak? Dan cara pencegahannya.

A. Pengertian Penyakit Hepatitis

Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwin, 2001)

B. Penyebab Penyakit Hepatitis

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosisdan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan perubahan klinis. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu :

1. Virus hepatitis A (HAV), Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A, penularan melalui darah dan seksual, resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti Rumah Sakit, pengguna obat, dapat terjadi pada usia anak-anak dan dewasa.

2. Virus hepatitis B (HBV), Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.

3. Virus hepatitis C (HCV), Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.

4. Virus hepatitis D (HDV), Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis Dditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.

5. Virus hepatitis E (HEV), Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.
Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir. Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.

C. Gejala Penyakit Hepatitis

1. Virus Penyakit Hepatitis A (HAV)

Gejala awal yang dapat muncul pada penyakit hepatitis A adalah pusing, mual-mual, muntah, sakit tenggorokan, diare, kehilangan nafsu makan, kelelahan dan nyeri pada otot serta sendi. Ketika organ hati mulai terserang, ada beberapa gejala yang akan muncul, yaitu urin berwarna gelap, tinja berwarna kuning pucat, sakit kuning serta pembengkakan hati yang terasa sakit jika perut kanan atas ditekan. Pengidap hepatitis A anak-anak di bawah usia enam tahun cenderung tidak menunjukkan gejala. Hanya satu dari 10 yang mengalami sakit kuning. Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, penyakit ini biasanya menyebabkan gejala yang lebih parah dan sekitar 70 persen di antaranya akan mengalami sakit kuning.
Infeksi hepatitis A umumnya tidak menyebabkan penyakit hati jangka panjang (kronis) dan jarang yang berakibat fatal. Tapi beberapa kelompok seperti manula, orang dengan penyakit kronis seperti diabetes, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun seperti penderita HIV, dan orang yang telah menderita penyakit hati sebelum terinfeksi hepatitis A lebih rentan untuk mengalami komplikasi.

Berikut adalah komplikasi penyakit hepatitis yang bisa terjadi:

a. Risiko Mengalami Gagal Hati

Komplikasi ini terjadi ketika fungsi hati menurun drastis. Gagal hati dapat menyebabkan pengidapnya mengalami muntah-muntah parah, rentan pendarahan, mudah mengantuk, penurunan konsentrasi dan daya ingat, serta gangguan konsentrasi. Jika tidak segera diobati, gagal hati bisa menyebabkan kematian.

b. Risiko Kambuhnya Infeksi

Infeksi hepatitis A terkadang dapat datang kembali. Kambuhnya hepatitis A bisa terjadi lebih dari satu kali setelah infeksi pertama.

c. Risiko Mengalami Kolestasis

Kolestasis biasanya terjadi pada pengidap hepatitis A yang berusia lebih tua. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Komplikasi ini terjadi ketika cairan empedu menumpuk di dalam hati. Gejala-gejalanya meliputi penurunan berat badan, demam, sakit kuning yang tidak kunjung sembuh, dan diare.

Pencegahan hepatitis A yang utama adalah dengan menjaga kebersihan. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah mudah seperti:
• Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, contohnya sebelum makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah ke toilet.
• Jangan berbagi barang-barang pribadi seperti sikat gigi atau handuk.
• Jangan saling meminjamkan peralatan makan.
• Selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai mendidih.
• Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga.
• Hindari konsumsi makanan mentah yang berasal dari perairan yang terkontaminasi, misalnya tiram.

Pencegahan infeksi hepatitis A juga dapat dicegah melalui vaksinasi yang dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu 6-12 bulan. Penyakit ini tidak memiliki langkah penanganan khusus. Pemulihan hanya bergantung pada sistem kekebalan tubuh yang melenyapkan virus dengan sendirinya. Langkah pengobatan hepatitis A bertujuan meringankan gejala-gejala yang dialami. Langkah-langkah pengobatannya meliputi:

• Banyak beristirahat. Pengidap hepatitis A pasti akan mengalami kelelahan.
• Mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri.
• Mengatasi mual-mual dan muntah, misalnya dengan menghindari makanan berlemak dan makan dengan porsi sedikit. Jika gejala ini tidak berkurang, dokter biasanya akan meresepkan obat antimuntah.
• Jangan mengkonsumsi minuman keras atau obat-obatan yang berdampak pada hati. Jika ada obat-obatan tertentu yang harus Anda gunakan, diskusikanlah dosis atau jenis obat yang aman dengan dokter.

2. Virus Penyakit Hepatitis B (HBV)

Gejala hepatitis B sering kali tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul selama sistem kekebalan tubuh si penderita berjuang melawan virus. Karena itulah banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Penularan tetap dapat terjadi selama virus masih ada di dalam tubuh penderita. Jika ada gejala, masa inkubasi hepatitis B berkisar antara dua sampai lima bulan sejak terpaparnya virus. Yang termasuk dalam gejala hepatitis B antara lain:
• Kehilangan nafsu makan
• Mual dan muntah.
• Diare.
• Penurunan berat badan.
• Gejala yang menyerupai flu seperti lelah, nyeri pada tubuh, sakit kepala, dan demam tinggi (sekitar 38ºC atau lebih).
• Nyeri perut.
• Lemas dan lelah.
• Sakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning).

Penyebab munculnya sakit kuning adalah bilirubin (senyawa hasil limbah sel darah merah) yang tidak dapat dilenyapkan oleh hati yang mengalami kerusakan. Senyawa ini juga dapat mengubah warna urine menjadi kuning pekat dan warna tinja menjadi pucat.

a. Langkah Pengobatan Penyakit Hepatitis B Akut
Infeksi akut ini umumnya dialami oleh penderita dewasa. Penderita hepatitis B akut biasanya dapat terbebas dari gejala dan pulih dalam beberapa bulan tanpa terkena hepatitis B kronis.
Tidak ada langkah khusus untuk mengatasi hepatitis B akut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa harus menjalani perawatan di rumah sakit. Namun penderita disarankan untuk berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala yang parah.

b. Langkah Pengobatan Penyakit Hepatitis B Kronis

Penderita hepatitis B kronis umumnya tidak merasakan gejala apa pun untuk waktu yang lama. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Jika telah didiagnosis positif menderita penyakit ini, penderita pada umumnya membutuhkan obat-obatan untuk jangka panjang (terkadang bertahun-tahun) guna mencegah kerusakan hati. Kondisi organ hati penderita hepatitis B kronis juga harus dipantau secara rutin. Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah virus sudah merusak hati dan seberapa jauh kerusakannya. Proses ini biasanya meliputi:
• Tes darah
• USG
• FibroScan (alat untuk mengukur tingkat pembentukan jaringan luka dan pengerasan jaringan hati)
• Biopsi hati Jika kerusakan hati sudah sangat parah, dokter akan menyarankan untuk menjalani transplantasi hati (prosedur operasi untuk menggantikan hati yang rusak dengan hati yang sehat). Sebagian besar organ hati yang sehat berasal dari orang yang sudah meninggal dunia.

Satu dari tiga penderita hepatitis B kronis yang tidak menjalani pengobatan dapat mengalami komplikasi penyakit hati yang serius. Komplikasi tersebut di antaranya adalah sirosis, kanker hati, dan hepatitis B fulminan.

a. Sirosis

Sirosis adalah pembentukan jaringan parut pada hati. Jaringan parut adalah jaringan yang terbentuk setelah sel-sel hati yang awalnya normal, mengalami luka atau radang yang berkelanjutan. Gejala sirosis biasanya tidak terdeteksi dan sering tidak disadari penderitanya sampai terjadi kerusakan yang parah pada hati. Sirosis yang parah dapat memicu gejala-gejala seperti turunnya berat badan, mual, gampang lelah, gatal-gatal pada kulit dan pembengkakan pada perut serta pergelangan kaki.
Perkembangan komplikasi ini dapat dihambat dengan langkah pengobatan tertentu, misalnya dengan obat antivirus. Tetapi ada sebagian penderita yang terpaksa menjalani transplantasi hati karena kondisinya sudah sangat parah.

b. Kanker Hati

Hepatitis B kronis bisa berkembang menjadi kanker hati jika tidak ditangani dengan baik. Gejala pada komplikasi ini di antaranya adalah mual, muntah, sakit perut, penurunan berat badan, serta sakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning). Operasi mungkin akan dilakukan untuk membuang bagian hati yang terserang kanker.

c. Hepatitis B Fulminan

Hepatitis B fulminan terjadi saat sistem kekebalan tubuh menjadi keliru dan mulai menyerang hati hingga menyebabkan kerusakan yang parah. Beberapa gejala yang mengindikasikan kondisi tersebut adalah penderita menjadi linglung atau bingung, perut membengkak, dan sakit kuning. Penyakit ini bisa menyebabkan hati berhenti berfungsi dan seringkali berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

3. Virus hepatitis C (HCV )

Masa inkubasi (waktu sejak virus pertama masuk hingga gejala muncul) untuk hepatitis C akut adalah 2 minggu hingga 6 bulan.Beberapa indikasinya meliputi:
• Kelelahan.
• Nyeri otot dan sendi.
• Demam.
• Tidak nafsu makan.
• Mual dan muntah.
• Sakit perut.
• Tinja berwarna abu-abu.
• Sakit kuning.

Gejala-gejala hepatitis C kronis sangat beragam dan berbeda-beda pada tiap penderita. Ada yang mengalami gejala ringan dan ada yang berat. Selain gejala yang sama dengan hepatitis C akut, berikut ini adalah indikasi-indikasi lain yang umumnya dialami oleh penderita.
• Selalu merasa lelah.
• Nyeri otot dan sendi.
• Gangguan pencernaan.
• Sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu.
• Suasana hati yang berubah-ubah.
• Depresi.
• Gatal-gatal pada kulit.

Saat ini telah dikembangkan jenis obat antivirus baru yang lebih efektif. Obat terbaru hepatitis C disebut direct antiviral agent (DAA) yang terbukti lebih aman, efektif, dan dapat ditoleransi tubuh. Waktu penyembuhan hepatitis C dengan DAA juga lebih singkat, yaitu sekitar 4 bulan.
Selain penanganan medis, bisa melakukan langkah-langkah sederhana untuk membatasi kerusakan yang terjadi pada hati. Misalnya, menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang. berolahraga dengan teratur, berhenti merokok, serta menghindari konsumsi minuman beralkohol.
Infeksi hepatitis C yang terus berlangsung selama bertahun-tahun dan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan hati yang berakibat fatal.
Hepatitis C belum bisa dicegah dengan vaksinasi. Tetapi ada beberapa cara yang dapat kita ambil untuk menurunkan risiko penularan, misalnya berhenti atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi yang mungkin terkontaminasi darah, misalnya alat cukur atau sikat gigi.

4. Virus Penyakit Hepatitis D (HDV)

Infeksi hepatitis D seringkali bersifat asimptomatik (tidak menimbulkan gejala) pada sekitar 90% penderitanya. Selain itu, infeksi hepatitis D seringkali sulit dibedakan dari infeksi virus hepatitis lainnya secara klinis, terutama gejala infeksi virus hepatitis B. Gejala hepatitis B dan D sangat mirip sehingga sulit untuk menentukan virus mana yang menimbulkan gejala pada penderita. Pada beberapa kasus, hepatitis D dapat membuat gejala hepatitis B menjadi lebih buruk. Selain itu, penderita hepatitis B dengan gejala asimptomatik dapat mengalami gejala hepatitis B akibat infeksi hepatitis D. Periode inkubasi hepatitis D, yaitu waktu yang dibutuhkan virus dari terpapar hingga menimbulkan gejala, adalah sekitar 21-45 hari. Namun, dapat juga berlangsung lebih cepat, terutama pada superinfeksi.

Gejala hepatitis D yang umumnya ditemui antara lain adalah:

• Kulit dan mata menjadi kuning.
• Rasa lelah.
• Mual dan muntah.
• Nyeri sendi.
• Nyeri perut.
• Kehilangan nafsu makan.
• Warna urine berubah menjadi gelap seperti teh.
• Gatal-gatal.
• Tampak bingung.
• Memar dan perdarahan.

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang memuaskan untuk hepatitis D. Cara pencegahan hepatitis D terbaik adalah dengan mencegah terjadinya hepatitis B. Untuk menghindari terjadinya hepatitis B, dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan sebagai berikut:
• Hindari penggunaan obat-obatan jarum suntik
• Lebih berhati-hati dalam tindik dan pastikan peralatannya bersih dan steril.
• Gunakan kondom. Selalu lakukan aktivitas seks dengan aman dan sehat. Jangan pernah berhubungan seks tanpa menggunakan kondom kecuali yakin partner Anda tidak terinfeksi hepatitis atau infeksi menular seksual lainnya
• Menjalani vaksinasi hepatitis B. Anak-anak serta orang dewasa yang memiliki risiko tinggi terkena hepatitis B wajib menjalani vaksinasi hepatitis B

Baca Juga : Penyakit Diabetes Melitus dan Penyebabnya