Penyakit Disentri dan Cara Pengobatannya

Penyakit Disentri dan Cara Pengobatannya

Penyakit Disentri

Penyakit disentri adalah penyakit yang umum terjadi di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, misalnya karena keterbatasan air bersih atau tempat dengan pembuangan limbah yang buruk. Penyebaran penyakit disentri terjadi akibat masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan diri, yang mengandung bakteri atau amuba seperti tidak mencuci tangan setelah dari toilet atau kamar mandi.

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yaitu peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar, tinja berlendir bercampur darah. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.

Gejala Penyakit Disentri

Berikut beberapa gejala penyakit disentri yang umumnya ditunjukkan pasien 1- 2 hari setelah terinfeksi bakteri atau amuba:

  • Sakit perut; utamanya perut sebelah kiri
  • Buang air besar encer secara terus menerus, bisa juga disertai dengan keluarnya lendir dan/ataudarah
  • Tinja berwarna kehijauan (umumnya terjadi pada kasus disentri yang disebabkan olehh infeksi amuba)
  • Muntah-muntah
  • Demam
  • Sensasi tegang pada dubur saat akan mengeluarkan tinja (tenesmus)
  • Sakit kepala
  • Pada kasus parah -semisal disentri yang disebabkan oleh infeksi dysentriae-, gejala penyakit akan timbul secara tiba-tiba. Jika tidak segera ditangani, maka hal tersebut dapat mengancam nyawa pasien.

Gejala penyakit disentri amoeba dapat berlangsung hingga beberapa minggu. Bila tidak segera ditangani, ameba dapat hidup di dalam usus bahkan sampai beberapa tahun. Selain dapat menyebabkan penyebaran infeksi, kondisi ini dapat menyebabkan disentri sering kambuh kembali.

Penyebab Penyakit Disentri

Penyebab penyakit disentri belum diketahui masyarakat luas meskipun disentri bukanlah penyakit yang asing. Disentri adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, maupun orang dewasa sebab disentri ini termasuk dalam tipe diare yang bisa datang secara tiba-tiba. Namun, jika membandingkannya dengan diare itu sendiri, disentri terbilang lebih parah dibandingkan diare. Karena disentri mengeluarkan feses cair beserta darah sedangkan diare hanya mengeluarkan feses.

Tipe Penyakit Disentri

Penyakit disentri sebenarnya ada dua tipe menurut pemicunya, berikut ini adalah tipe peyakit disentri berdasarkan pemicunya :

  • Disentri Basiler

Disentri basiler yang kerap kita jumpai di Indonesia di mana penyebabnya adalah bakteri shigella. Disentri jenis ini bisa menyerang berbagai kalangan dengan segala usia.

  • Disentri Amoeba

Disentri ini dipicu oleh parasit bersel satu atau amoeba. Disentri amoeba dianggap lebih serius daripada disentri basiler. Namun dengan lingkungan yang kumuh dan kotor, maka kedua tipe disentri tersebut dapat menyebar dan mengakibatkan penularan lebih cepat sehingga membuat manusia menjadi terinfeksi.

Baca juga: Penyakit Demam Berdarah dan Pengobatannya

Faktor Penyebab Penyakit Disentri

Pada umumnya, seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit ini apabila secara tidak sadar telah menelan sesuatu yang terkontaminasi tinja penderitanya Selain itu, terdapat pula beberapa faktor penyebab disentri lain, seperti:

  • hand hygiene (kebersihan tangan) yang buruk
  • Sanitasi yang buruk
  • Kurang atau minimnya pasokan air bersih
  • Kontak dengan tinja bayi yang sedang menderita disentri
  • Mengonsumsi makanan yang disiapkan oleh seorang pengidap penyakit ini

Dilihat dari faktor penyebab di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal terpenting yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini adalah dengan membiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun; khususnya setelah menggunakan kamar mandi, setelah mengganti popok bayi, sebelum makan, sesudah makan atau sebelum memasak. Pastikan juga untuk selalu memilih tempat makan (warung, restoran, dsb) yang terbukti bersih. Jika memang tidak yakin dengan pilihan tempat makan, maka Anda dianjurkan untuk membawa bekal makanan sendiri.

Diagnosis Penyakit Disentri

Pada umumnya Dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan tinja demi mengetahui penyebab utama disentri. Apabila dokter mencurigai amuba sebagai penyebab utamanya, maka pasien akan diarahkan untuk melakukan tes lanjutan, yaitu pemeriksaan antibody. Pemeriksaan USG hati juga bisa dilakukan untuk  memastikan ada atau tidaknya abses pada hati yang merupakan salah satu komplikasi umum disentri amuba.

Metode pemeriksaan yang juga dapat dilakukan adalah kolonoskopi Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan selang yang dilengkapi kamera dan lampu (endoskop) melalui anus, untuk melihat kondisi usus. Perlu diketahui, sebelum menjalani kolonoskopi, pasien akan diminta melakukan diet khusus selama beberapa hari. Pasien juga akan diberi obat pencahar sebelum menjalani pemeriksaan, dan obat penenang untuk membantu pasien rileks.

Pengobatan Disentri

Jika Anda berobat dirumah sakit, biasanya penderita disuruh untuk minum banyak cairan, termasuk penggunaan Oralit jika diperlukan, ini penting untuk menghindari dehidrasi.  Obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol dapat membantu meringankan rasa sakit dan demam. Tidak disarankan untuk minum obat antidiare seperti loperamide (Imodium), karena dapat membuat infeksi semakin buruk. Bagi penderita diperlukan istirahat di rumah sampai setidaknya 48 jam setelah diare berhenti. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko menularkan infeksi kepada orang lain.

Jika keluarga Anda atau Anda terkena disentri di rumah, cobalah beberapa perawatan sederhana yang bisa dilakukan di rumah sebagai berikut:

  1. Minum banyak cairan, termasuk air putih, kaldu dan jus, setiap hari. Hindari kafein dan alkohol.
  2. Konsumsilah makanan setengah padat dan makanan rendah serat secara bertahap sampai gerakan usus kembali normal. Makanan mudah dicerna yang baik dikonsumsi seperti tempe, roti panggang, telur, nasi atau ayam.
  3. Hindari makanan tertentu seperti produk susu, makanan berlemak, makanan tinggi serat atau makanan yang masam dan bersantan. Makanan-makanan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pencernaan.
  4. Istirahat Cukup. Luangkan waktu bagi tubuh agar mendapatkan cukup energi untuk mengusir kuman-kuman jahat penyebab disentri.

Komplikasi Disentri

Jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius. Beberapa komplikasi ini termasuk:

  • Arthritis. Komplikasi satu ini memengaruhi sekitar 2 persen orang yang mendapatkan jenis bakteri Shigella tertentu, yaitu bakteri Shigella flexneri. Orang-yang terinfeksi bakteri tersebut dapat mengalami nyeri sendi, iritasi mata, dan buang air kecil yang menyakitkan. Kondisi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
  • Infeksi aliran darah. Atau disebut juga septisemia, yaitu ketika bakteri yang menginfeksi bagian tubuh tertentu telah memasuki aliran darah. Komplikasi ini jarang terjadi, tapi akan lebih rentan dialami oleh orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS, kanker, atau sedang menjalani kemoterapi.
  • Kejang pada anak. Anak-anak paling rentan mengalami kejang akibat komplikasi dari penyakit disentri. Sampai saat ini belum diketahui pasti mengapa anak-anak bisa mengalami komplikasi satu ini. Namun, kejang akibat penyakit disentri umumnya akan hilang tanpa pengobatan.
  • Abses hati. Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit disentri yang disebabkan karena terkena infeksi amuba juga dapat menyebabkan abses hati. Tak hanya itu saja, infeksi parasit ini juga bisa menyebar hingga ke paru-paru dan otak.

Tips pencegahan disentri

  • Hindari memakan buah dan sayur mentah yang tidak dapat anda kupas sendiri.
  • Minumlah air botolan atau rebus air sekurang-kurangnya 1 menit sebelum digunakan untuk memasak.
  • Biasakan untuk selalu mencuci tangan sepanjang hari – setelah menggunakan toilet; sebelum menyiapkan makan & menyantap makanan; saat sedang mandi maupun saat memandikan anak – pastikan kuman tidak menyebar ke Anda ataupun ke orang yang Anda sayangi.
  • Minum banyak air putih sepanjang hari untuk mengisi kembali cairan yang hilang hindari air yang terlalu dingin atau terlalu panas.
  • Cuci pakaian dari orang yang terinfeksi dengan air panas.

Baca Juga: Penyakit Asma dan Cara Pencegahannya